Kamis, 05 Juni 2008

Manembahing Kawula Gusti

Dalam tingkatan pengertian Manembahing Kawula Gusti ini siswa akan ditempa dan diajarkan :

1. Pengetahuan tentang Kasasujudan / Sasujud ( hubungan antara Manusia dengan Gusti Hyang Maha Agung ), lazim orang Jawa menyebutnya Dedalaning Gusti atau Jalan Allah, atau jika dirumuskan sbb :

Ingsun / Aku + Gusti Allah = Iman

2. Pengetahuan tentang Kasusilan / Susila ( hubungan Manusia dengan Manusia atau hubungan antar sesama ), atau jika dirumuskan sbb :

Ingsun + Sesama Manusia = Budi Pekerti

3. Kasamaden / Semedi ( Hubungan Manusia dengan Alam ), atau jika dirumuskan sbb :

Ingsun + Alam = Cipta, Rasa, Karsa

Cipta, Rasa, Karsa ini akan diperdalam biasanya pada tingkat Manunggaling Gusti.
Dalam kejenuhannya dalam belajar, maka siswa yang belajar pada tingkatan ini akan diajarkan olah Kanuragan / Olahraga yang dimulai dari Fisik umumnya Pencak Silat, Seni Tari, Seni Ukir, dll, namun sekarang hal tersebut berdiri sendiri-sendiri,
Mengapa ?

Karena Manembahing Kawula Gusti sekarang telah Punah, karena digantikan dengan Sasujudan dari pihak lain yaitu Agama.

Pada tataran Manembahing Kawula Gusti biasanya pola kemauannya masih pada PIKIR dan KEINGINAN, penertianya sbb :

Obahe Pikir iku kasebut Kareb, obahe Kareb kasebut Rasa,
Niat kang saka pikir iku kasebut Karsa, niat kang saka Kareb kasebut Karya

Bergeraknya Pikir itu disebut Keinginan, Bergeraknya Keinginan disebut Rasa,
Niat yang dari Pikir disebut Kemaunan, Niat yang dari Keinginan disebut Karya

Artinya : pada tataran ini jiwa mereka masih berkemauan yang hasilnya kadang mau menjalankan kadang tidak, atau jika sudah bisa mengerti akan agama maka dia akan berkarya untuk dirinya sendiri.

Perlu diketahui bahwa pengetahuan Kasusilan dalam Manembahing Kawula Gusti itu sangat penting disebabkan karena hubungan antara Manusialah sebagai pangkal dari kekisruhan yang ada dalam dunia ini, maka penekanan sikap dalam ajaran Manembahing Kawula Gusti ini diantaranya dalam petuah adalah sbb,

Agama iku satemene mung sadrema Buku, ananging Agama kang sejati iku lelakumu, marga laku kang becik iku ibarat Madep Gusti kang tanpa Sujud
( Agama itu hanya sekedar Buku, tetapi Agama yang sejati itu tingkah perbuatanmumu, sebab perbuatan yang baik ibarat menghadap/sholat tanpa sujud )

artinya, para siswa manembah itu dalam mempelajari Agama itu hanya sekedar belajar buku jalan kehidupan atau hanya mempelajari akan Firman Allah saja, sebab semua itu tidak berarti jika tidak diamalkan dalam bentuk laku kehidupan sehari-hari, sesuai petunjuk dalam Agama atau Buku dengan tanpa pamrih, sebab tanpa mengenal akan Firman Allahpun jika seseorang dalam kehidupan antar sesesama Mahkluk Ciptaan Allah, khususnya Manusia, merupakan pencerminan sikap akan pengenalan Jalan Allah yang tanpa bersujud, perlu diketahui penekanan dalam mengulas atau menjabarkan Agama dalam sikap manembah harus didasari oleh Bahasa Hati dan dilarang menggunakan bahasa Pikir, Mengapa ? Dalam pengertian Kejawen dijelaskan bahwa :

Dumununge Syetan ing wadag Manungsa iku ana ing Pikirmu, ananging dumununge Gusti ing wadag manungsa iku ana ing Atimu, mulane yen mangonceki dedalaning Gusti nganggo pikirmu bisa wae Syetan kang nyetir mula dadi gede ing karebmu, ananging yen mangoncei nganggo atimu Gusti kang nuntun dadi meneping atimu.

( Tinggalnya Syetan ditubuh Manusia itu ada di Pikiranmu, tetapi tinggalnya Allah ditubuh Manusia itu di Hatimu, maka kalau mengupas Jalan Allah dengan pikirmu akan besar dalam keinginanmu, tetapi kalau mengupasnya lewat Hatimu, Allah yang membimbing menjadi heningnya hatimu.)

Artinya : Orang Kejawen jika ingin mengupas akan Sikap Manembahing Kawula Gusti/ Jalan Allah/ Agama, haruslah lewat Hati tidak diperpolehkan lewat pikir, sebab jika lewat pikiran maka kita akan dipengaruhi dengan baying-bayang Syetan, seperti kita minta dihormati, dikagumi, bisa terkenal, berpamrih, karena semua itu berdampak akan materi semata, merasa dirinya yang benar, sehingga mudah melakukan perdebatan tafsir dengan yang tidak selaras dengan jalannya, berbeda pendapat satu dengan yang lain hingga timbul perdebatan antar Jalan Allah satu dengan yang lain, sebagai contoh, penulis sendiri 25 tahun menikah kadang masih terjadi perbedaan pendapat dengan Istri , akan tetapi kupaslah Jalan Allah itu dengan Hatimu, karena Bahasa Hati sedunia itu adalah sama, misal orang Jawa jika bersedih maka dia akan menangis, orang Africa, amerika, cina, pun kalau bersedih akan menangis, demikian pula jika senang maka orang seduniapun jika merasa senang mereka akan pula tertawa.

Pertanyaan : Benarkah kita mengikuti akan Allah dengan Pikiran kita atau sudah dengan Hati kita ?
Pengertian tersebut diatas sesuai pula petunjuk dari Kanjeng Sunan Kali Jaga dengan petuah atau pengertian KODOK KINEMUL LENG kang KAPISAN isinya sbb :

Gusti pepering Ruh dening Manungsa, sak jroning Ruhmu iku ana Sukma, Sakjroning Sukmamu ana Nyawa, sakjroning Nyawamu ana Rasa, sakjroning Rasamu ana Rahsa / Sirrullah, sakjroning Rahsamu ana Dzatullah, sakjroning Dzatullahmu ana Allah

Allah memberikan Roh pada Manusia, didalam Ruhmu itu ada Sukma, didalam Sukmamu itu ada Nyawa, didalam Nyawamu itu ada Rasa, didalam Rasamu itu ada Rahsa, didalam Rahsamu itu ada Dzatullah, didalam Dzatullahmu itu ada Allah.

Pengertian tersebut diatas menunjukkan bahwa Allah ada dalam Hati kita masing-masing yang mana kita tidak diperbolehkan menyakiti orang lain karena Allah juga tinggal dihati orang tersebut maka jika kita menyakitinya sama artinya kita menyakiti Allah, demikian pula jika kita menipu orang lain sama artinya dengan menipu Allah, dll.

Banyak orang takut dengan Harimau karena tatapan matanya, Manusia yang paling ditakuti adalah Kareb ( Keinginan ) nya, padahal jika kita mau menyimak kekisruhan tentang kondisi dunia semua ini sebenarnya hanyalah Kareb atau Keinginan penyebabnya, yang bersumber dari Pikiran, hal ini pula pihak kejawen memberikan petuahnya sbb :

Usrege ndonya iku sejatine mung sakecape lambe yoiku KAREP ananging tentreming ndonya iku uga sakecape lambe yoiku ELING, lelakua nganggo kekarepanmu ananging tetekena nganggo Elingmu.
( Kesemrawutan dunia ini itu sebenarnya Cuma sekecap bibir saja yaitu Ingin, tetapi tentramnya dunia ini sebetulnya juga sekecap bibir saja yaitu Ingat, berjalanlah dengan keinginanmu tetapi pakailah dengan tongkat keingatanmu ).

Artinya : Jika anda memiliki suatu keinginan silahkan jalankan jika itu sudah sesuai dengan kekuatanmu agar tidak memeras akal pikiran maupun tenaga, yang akhirnya akan menjerumuskan dalam penyimpangan Jalan Allah.

Tidak ada komentar: