Rabu, 04 Juni 2008

Ki Alam Suryo Kusumo

Ki Alam Surya Kusuma yang tinggal dikota Semarang, belajar akan Jalan Allah yang diteruskan dengan Ilmu Allah dimulai sejak 31 tahun yang lalu, dimana beliau belajar Ilmu Karomah di Kudus dan dilanjutkan belajar Tenaga Dalam di Semarang, setelah itu belajar Kejawen di Boyolali yang diteruskan belajar kailmuan dengan beberapa Kyai baik di Wonosobo, Magelang, Ambarawa, Pangandaran, Madiun.
Ki Alam Surya Kusuma yang sangat aktif serta antusias mengupas tentang Kejawen ini berpendapat bahwa,
“ Dasar ilmu pengetahuan di Dunia ini ada 3 (tiga) yaitu Religius ( Agama ), Rasional ( Ilmiah ), dan Irasional ( yang tidak masuk
diakal ), ketiga unsur pengetahuan ini tidak dapat untuk diperdebatkan, tetapi ketiganya masuk dan bersatu dalam diri kita sehari-hari tanpa kita sadari, misalnya selaku umat beragama bangun tidur mereka
bersembahyang itu artinya mereka mencari rizki Religius, namun setelah jam 7 pagi keatas mereka akan bekerja, artinya mereka mencari rizki Rasional, akan tetapi terkadang kita punya mentraktir seseorang atau mengulang tahuni hari kelahiran kita, baik yang kita traktir ataupun yang hadir pada acara ulang tahun ini akan merasa senang terhadap kita, dimana rasa senang satu dengan yang lainnya tersebut akan
berbeda maknanya, demikian pula apa yang dinamakan Cinta memiliki makna yang berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, itulah Rizki Irasional “
Menurut Ki Alam Surya Kusuma, bahwa Kejawen ada berbagai, ada yang mengupas tentang Sastra, mengupas tentang Wesi Aji, mengupas Kepercayaan, mengupas tentang Seni, dll, sedang Ki Alam sendiri mengupas tentang Kepercayaan dan Olah Rasa.

Kepercayaan Ki Alam sendiri dipelajari dari Sapto Darmo, Pangestu, Budi Luhur dan dari Ilmu Sejati yang diajarkan dari Kanjeng Syeh Siti Jenar, dimana menurut Beliau Ki Alam Surya, bahwa Kejawen yang sesungguhnya diajarkan Kanjeng Syeh Siti tersebut dibagi 3 tingkatan yaitu Manembahing Kawula Gusti, Manunggaling Kawula Gusti, dan Leburing Kawula Gusti. Ketiga tingkatan tersebut dalam Islam identik dengan Syariat, Hakekat, Makrifat, sedang dalam Budha identik dengan Kamadathu, Rupadathu, dan Arupadathu.

Dalam tingkat Manembahing Kawula Gusti itu terbagi menjadi 3 unsur yaitu :
Hubungan antara Aku dengan Allah maka akan timbul Iman, Hubungan Aku dan sesama Manusia lain akan timbul Budi Pekerti, serta Hubungan antara Aku dan Alam akan timbul Cipta, Rasa dan Karsa,
Cipta Rasa dan Karsa akan dikupas pada tingkat Manunggaling Kawula Gusti, sedangkan pada Leburing Kawula Gusti akan dibahas tentang sikap berpasrah diri pada Allah dalam menjemput kematian manusia itu sendiri yang disebutnya dengan Ilmu Kasampurnan.

1 komentar:

Ipung Maranata mengatakan...

Harus bertahap :

Tahap I : Manembahing Kawulo Gusti
Tahap II : Manunggaling Kawulo Gusti
Tahap III : Maleburing Kawulo Gusti